Jakarta - Seorang perwira senior militer Amerika Serikat (AS) mengatakan pihaknya telah menghancurkan angkatan udara negara Libya. Sementara korban sipil belum diketahui.
Hal itu disampaikan Laksamana Gerard Hueber selaku Kepala Staf Joint Task Force Odyssey Dawn di Pentagon, di atas kapal USS Mount Whitney, di Laut Mediterania, Rabu (23/3/2011) malam dan dikutip dari VOA news.
Dia mengatakan pasukan koalisi telah terbang selama 24 jam terakhir. Akibatnya Libya kini tidak memiliki kekuatan udara lagi.
"Angkatan udara Libya telah dicegah. pesawat mereka telah dihancurkan dan tidak bisa beroperasi. Kami tidak memiliki konfirmasi kegiatan penerbangan kekuatan rezim selama 24 jam terakhir," terangnya.
Hueber menambahkan belum ada laporan tentang korban sipil atas penyerangan tersebut. Pihaknya kini menargetkan tank, artileri dan peluncur roket.
Ia juga memindahkan serangan ke arah barat untuk melindungi kota Ajdabiya dan Misrata. Hueber mengatakan tidak ada indikasi pasukan yang setia kepada pemimpin Libya, Muammar Khadafi. Pasukan pendukung Khadafi juga sudah berhenti menyerang penduduk sipil sebagaimana diharuskan oleh resolusi Dewan Keamanan PBB yang menetapkan zona larangan terbang.
Tujuan misi, lanjut Hueber, bukan untuk menggulingkan pemimpin Libya, tapi untuk melindungi warga sipil dan memungkinkan bantuan kemanusiaan menjangkau mereka.
Di Kairo, Mesir, Menteri Pertahanan Robert Gates menyarankan oposisi pejuang baru sekarang memiliki kesempatan untuk berkumpul kembali setelah serangan angkatan udara Khadafi.
"Saya rasa banyak orang-orang yang berada di oposisi dan yang memainkan peran di hari-hari awal telah tunduk. Keadaan mungkin berubah di mana oposisi pejuang tidak dapat menggunakan pesawat. Mereka bisa saja kembali untuk melawan tapi kita tidak tahu," kata Gates.
Gates mengatakan pihak AS masih berencana untuk menyerahkan peran kunci dalam serangan terhadap Libya untuk sekutu koalisinya.
Hal itu disampaikan Laksamana Gerard Hueber selaku Kepala Staf Joint Task Force Odyssey Dawn di Pentagon, di atas kapal USS Mount Whitney, di Laut Mediterania, Rabu (23/3/2011) malam dan dikutip dari VOA news.
Dia mengatakan pasukan koalisi telah terbang selama 24 jam terakhir. Akibatnya Libya kini tidak memiliki kekuatan udara lagi.
"Angkatan udara Libya telah dicegah. pesawat mereka telah dihancurkan dan tidak bisa beroperasi. Kami tidak memiliki konfirmasi kegiatan penerbangan kekuatan rezim selama 24 jam terakhir," terangnya.
Hueber menambahkan belum ada laporan tentang korban sipil atas penyerangan tersebut. Pihaknya kini menargetkan tank, artileri dan peluncur roket.
Ia juga memindahkan serangan ke arah barat untuk melindungi kota Ajdabiya dan Misrata. Hueber mengatakan tidak ada indikasi pasukan yang setia kepada pemimpin Libya, Muammar Khadafi. Pasukan pendukung Khadafi juga sudah berhenti menyerang penduduk sipil sebagaimana diharuskan oleh resolusi Dewan Keamanan PBB yang menetapkan zona larangan terbang.
Tujuan misi, lanjut Hueber, bukan untuk menggulingkan pemimpin Libya, tapi untuk melindungi warga sipil dan memungkinkan bantuan kemanusiaan menjangkau mereka.
Di Kairo, Mesir, Menteri Pertahanan Robert Gates menyarankan oposisi pejuang baru sekarang memiliki kesempatan untuk berkumpul kembali setelah serangan angkatan udara Khadafi.
"Saya rasa banyak orang-orang yang berada di oposisi dan yang memainkan peran di hari-hari awal telah tunduk. Keadaan mungkin berubah di mana oposisi pejuang tidak dapat menggunakan pesawat. Mereka bisa saja kembali untuk melawan tapi kita tidak tahu," kata Gates.
Gates mengatakan pihak AS masih berencana untuk menyerahkan peran kunci dalam serangan terhadap Libya untuk sekutu koalisinya.
detik
0 komentar:
Post a Comment