Clock By Blog Tips

Wednesday, April 18, 2012

Peringkat Belanja Militer Negara Rusia Lampaui Inggris dan Prancis


Rusia menjadi negara yang menduduki peringkat ketiga dalam pengeluaran belanja militer dunia dengan nilai transaksi lebih dari US$ 1,7 triliun. Anggaran belanja militer Rusia bahkan sudah melampaui Inggris dan Prancis.            

Berdasarkan data terbaru yang dirilis oleh lembaga riset terkemuka Stockholm International Peace Research Institute (SIPRI) pada Selasa (17/4), Rusia menghabiskan hampir US$ 72 miliar untuk belanja persenjataan pada tahun 2011. Pengeluaran militer di negara-negara barat kebanyakan merosot pada tahun lalu, termasuk Amerika Serikat yang menghadapi defisit anggaran yang serius.  Sementara itu, pengeluaran belanja senjata Rusia dan Tiongkok terus meningkat secara signifikan, dengan angka lebih dari 9% dan 6% dibanding tahun lalu.

Hingga kini, Amerika Serikat tetap menjadi pembelanja militer terbesar, dengan anggaran pertahanan sebesar US$ 711 miliar tahun lalu.  Posisi AS dibayangi oleh Tiongkok, yang tahun 2011 menghabiskan sekitar US$ 143 miliar untuk angkatan bersenjatanya. SIPRI menambahkan Tiongkok telah meningkatkan belanja militer sebesar 170% dalam arti riil sejak tahun 2002.

Rusia menghabiskan hampir US$ 72 miliar pada belanja persenjataan tahun lalu, menyalip Inggris (US$ 62,7 miliar) dan Prancis (US$ 62,5 miliar). Laporan tersebut juga mencatat bahwa Rusia berencana melanjutkan kenaikan belanja militernya, dengan rancangan kenaikan anggaran 53% secara riil hingga 2014.

Namun, SIPRI menyatakan bahwa banyak analis meragukan apakah industri persenjataan militer akan dapat memberikan rencana ambisius setelah beberapa dekade stagnasi pascaruntuhnya Uni Soviet. Meningkatnya belanja militer Tiongkok telah menimbulkan kekhawatiran di antara negara-negara tetangganya, termasuk juga kekuatan dominan Pasifik, AS. 

Menurut Sipri, pengumuman terakhir dari sebagian "poros" AS terhadap Asia  memberikan tanggapan atas keprihatinan tersebut. “Hubungan perdagangan luas dan berkembang yang dilakukan Tiongkok dengan negara-negara di kawasan yang telah dirusak oleh perselisihan - misalnya sengketa perbatasan dengan India, perselisihan Pulau Senkaku (Diaoyu) dengan Jepang, dan diperebutkan perbatasan maritim dengan beberapa negara di Laut China Selatan - yang semua hal itu telah menyebabkan peningkatan ketegangan,” menurut SIPRI.

Namun, laporan SIPRI menyebutkan "perlombaan senjata" di wilayah ini mungkin masih prematur, karena kedua data dan analisis menunjukkan pola campuran tren dalam pengeluaran belanja militer dan akuisisi senjata. Jauh dibandingkan Tiongkok yang menjadi faktor pendorong saja. Dua negara yang khawatir dengan ekspansi Tiongkok tampaknya telah memberikan kontribusi untuk meningkatkan pengeluaran belanja persenjataan yakni  India dan Vietnam. India telah menambah pengeluaran militer sebesar 66% sejak tahun 2002.

Dengan konflik internal dan sengketa panjang dengan Pakistan yang tetap menjadi  isu-isu kunci, India cenderung melihat Tiongkok sebagai saingan untuk kekuatan kawasan regional.  

Vietnam telah meningkatkan anggaran belanja militer sebesar 82% sejak tahun 2003, dan telah banyak berinvestasi di kekuatan angkatan laut dalam beberapa tahun terakhir. Hal itu dilakukan sebagian karena ketegangan dengan Tiongkok di Laut China Selatan. Tapi belanja militer dari India maupun Vietnam menurun jauh secara riil pada tahun 2011.

Pada saat yang sama, negara-negara Timur Tengah juga terus meningkatkan anggaran militer mereka. Sementara Aljazair yang khawatir terhadap musim semi Arab dan revolusi di Tunisia dan Libia, ikut menambah pengeluaran militernya tahun lalu hingga 40% besar.



0 komentar:

Post a Comment