Clock By Blog Tips

Friday, February 4, 2011

Puluhan Tahun Mesra, AS Masih Buta Soal Militer Mesir


Washington – Meski telah selama 30 tahun memegang peranan besar dalam melatih para personel militer Mesir, Amerika Serikat tidak banyak mengetahui "jeroan" militer Mesir dan hal itu menyulitkan para pejabat AS untuk memprediksi apa yang harus dilakukan dalam krisis saat ini. 

Seiring pengumuman Presiden Hosni Mubarak pada hari Selasa (1/2) bahwa dirnya akan mengundurkan diri musim gugur ini, militer – institusi yang paling diidentikkan dengan nasionalisme Mesir – kemungkinan akan menjadi penengah penting dalam hasil akhir, khususnya jika pada pengunjuk rasa terus menuntut Mubarak lengser dari jabatan.

Para pejabat Pentagon menjalin hubungan dekat dengan Mesir dalam beberapa hari terakhir. Menteri Pertahanan AS Robert Gates kembali berdialog dengan Menhan Mesir, Selasa. Perbincangan tersebut menjadi percakapan kedua menteri itu yang kedua dalam tiga hari terakhir.

Meski sudah menjalin kontak, para pejabat AS mengatakan bahwa pemahaman mereka terhadap militer Mesir – para pemimpin dan kemungkinan motif mereka – masih dangkal.

Interaksi yang relatif terbatas membuat AS tidak menjalin kontak mendalam dengan para personel militer di bawah pangkat senior yang secara diam-diam atau terang-terangan mendukung Mubarak.

AS belum mengembangkan kontak yang lebih luas karena secara umum Mesir mematuhi permintaan-permintaan AS dalam berbagai sektor yang penting, yakni memberikan pengamanan yang lebih ketat di sepanjang perbatasan Mesir dengan Gaza, memberikan izin kepada pesawat militer AS untuk terbang melintasi wilayah Mesir, dan memberikan izin melintas pada kapal-kapal militer AS melalui Terusan Suez.

Tiap tahunnya, Mesir menerima bantuan militer berjumlah 1,3 miliar dolar dari Amerika Serikat.
"Militer Mesir dengan sengaja bersikap diam terhadap para penyumbang mereka (AS). Ini bisa terjadi karena Mesir terus melakukan yang diminta Amerika," kata Jon Alterman, direktur Timur Tengah dari Pusat Studi Internasional dan Strategis, sebuah lembaga penelitian di Washington.

Jadi, di masa-masa krisis, AS tidak memiliki pengetahuan yang jelas mengenai kepercayaan politik dari para mayor dan kolonel militer, apakah mereka dapat mendukung kelompok-kelompok oposisi atau bahkan melakukan kudeta jika krisis semakin parah.

Mubarak menjaga jarak degan militer AS, ia menjalin kontak secukupnya untuk membuat mereka puas, tidak lebih, kata Alterman.
"Saya rasa Amerika Serikat tidak mengenal para kolonel itu, dan saya rasa itu karena Mesir tidak membiarkan (AS) mengenal mereka," kata Alterman.

Di Pentagon, para pejabat mengaku terkesan dengan profesionalisme dan pengendalian militer Mesir dengan membiarkan demonstrasi berlangsung di sekeliling tank-tank militer di jalanan tanpa berusaha menekan mereka. Namun, sejauh mana pengendalian itu berlanjut dan bagaimana perasaan militer Mesir mengenai hal itu masih belum dapat diketahui.

Seorang petinggi militer mengatakan kepada surat kabar McClatchy bahwa dialog baru-baru ini tidak menyinggung saran tindakan macam apa yang harus diambil militer Mesir. Dialog-dialog tersebut hanya bertujuan menerima informasi terbaru mengenai apa yang dilakukan militer.

"Kami berbincang dengan para rekan kami dan mereka mengatakan hal-hal yang benar," kata pejabat yang hanya bersedia berbicara jika namanya dirahasiakan itu.

Pentagon menolak membeberkan detail percakapan Gates dan Menhan Mesir Jenderal Besar Hussein Tantawi, termasuk siapa yang lebih dahulu mengawali pembicaraan dan berapa lama percakapan keduanya berlangsung.
Semua orang yang menjabat presiden di Mesir sejak memperoleh kemerdekaan dari Inggris pada 1952 selalu merupakan figur militer. Mubarak sendiri adalah kepala staf AU dalam perang melawan Israel tahun 1973. Wakil presiden baru yang ditunjuk Mubarak, Omar Suleiman adalah seorang jenderal dan kepala dinas intelijen presiden, dan perdana menteri yang baru, Ahmed Shafiq adalah mantan komandan AU.
 
 
 
Suara Media

0 komentar:

Post a Comment